Oleh : Gilang Adi Nugraha, S.Pd.
Download Modul : KLIK DISINI
Wawasan Kewirausahaan Usaha Perjalanan Wisata
dan Perhotelan
Pariwisata dan perhotelan adalah bidang yang berkembang dengan
sangat cepat dan dinamis. Dengan demikian, membutuhkan para profesional yang
terlatih dengan baik serta
memiliki etos kerja yang serius. Pariwisata menjadi kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan
jasa pariwisata, menyediakan atau mengusahakan objek
dan daya tarik
wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait
di bidang tersebut.
Dengan demikian, pengertian usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata dengan
menyediakan atau mengusahakan objek dan daya
tarik wisata usaha
sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.
Hubungan Timbal Balik dalam Usaha
Perjalanan Wisata dan Perhotelan
Usaha perjalanan wisata itu adalah bentuk sebuah perjalanan yang direncanakan dan disusun oleh perusahaan perjalanan dengan waktu seefektif mungkin. Hal tersebut dengan menggunakan fasilitas pendukung wisata lainnya guna membuat wisatawan merasa senang. Adapun dalam kesimpulannya pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan untuk tinggal menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah.
Hubungan antara industri perhotelan dengan sektor
pariwisata adalah hubungan timbal balik dan saling memerlukan. Hotel memerlukan sektor pariwisata yang ramai
dengan banyak wisatawan yang menginap di hotel tersebut. Sementara itu, sektor pariwisata memerlukan hotel yang berkualitas dan banyak untuk
akomodasi para wisatawan yang berkunjung.
Bisa dikatakan perhotelan dan pariwisata adalah dua industri
yang tak terpisahkan. Hotel memerlukan wisatawan yang
mengunjungi objek wisata
sebagai calon tamu
yang menginap dan memberi pendapatan pada hotel. Bila suatu objek wisata terkenal
dan ramai dikunjungi maka
hotel di sekitarnya juga akan banyak
diinapi. Demikian juga
bila di suatu lokasi
wisata tersedia hotel
yang bagus dan banyak, maka
wisatawan yang akan datang berkunjung.
Bila sektor pariwisata lemah, maka tingkat okupansi atau tingkat inap hotel juga akan lesu pula karena tidak ada wisatawan yang menginap. Demikian pula bila tidak ada fasilitas hotel di dekat suatu objek wisata, maka jumlah wisatawan yang berkunjung juga akan sedikit karena wisatawan akan kesulitan mendapatkan tempat menginap atau akomodasi. Inilah alasan hotel-hotel besar banyak berlokasi di dekat kawasan wisata. Misalnya di pusat wisata Nusa Dua di Bali terdapat hotel Grand Hyatt, St Regis atau Ayana Resort.
Secara umum,
kita mengetahui bahwa
hubungan industri perhotelan dengan pariwisata saling
berkaitan sangat erat.
Ini tak lepas
dari fakta bahwa industri
perhotelan menjadi salah satu tulang punggung yang mendukung pembangunan sektor pariwisata. Banyak sekali kontribusi industri
perhotelan yang berimplikasi bagi perkembangan pariwisata. Hal tersebut salah satu tolok ukur keberhasilan suatu daerah dalam mempromosikan atau mengundang wisatawan untuk
datang ke daerah
tersebut. Suatu daerah tujuan wisatawan tentunya akan
dikunjungi oleh wisatawan dan wisatawan
tentu
saja membutuhkan tempat menginap. Hal tersebut
merupakan peran hotel sebagai tolok ukur untuk mengetahui seberapa banyak wisatawan yang berkunjung di daerah
tersebut.
Terdapat indikator di industri perhotelan yang menjadi tolok ukur untuk mengetahui
kesuksesan dalam mendatangkan wisatawan ke daerah
tujuan wisata. Ketiga
indikator tersebut adalah jumlah wisatawan, lama tinggal wisatawan, dan tingkat hunian hotel. Jumlah
wisatawan yang menginap
di hotel memang
mengindikasikan jumlah
wisatawan yang berkunjung di daerah tersebut
namun itu belum
cukup karena kita perlu mengetahui lama tinggal
wisatawan juga.
Lama tinggal wisatawan sangat berperan penting sebagai indikator untuk mengetahui
seberapa tertarik para wisatawan terhadap
daerah yang dikunjunginya. Makin lama wisatawan tinggal
di suatu daerah
maka ini mengindikasikan bahwa daerah tersebut memang diminati oleh
wisatawan. Persentase atau
tingkat hunian hotel
juga berperan penting sebagai
indikator kesuksesan hotel
dalam menjual kamarnya. Makin tinggi tingkat
hunian berarti makin
banyak jumlah kamar
yang bisa dijual.
Lebih jauh
lagi hubungan industri perhotelan dengan pariwisata adalah dari sisi ekonomi dan ini bisa dilihat
dari ketiga indikator
tersebut. Makin
tinggi jumlah wisatawan
yang berkunjung maka
makin banyak spending atau belanja wisatawan di suatu daerah, entah untuk menginap, berbelanja, kuliner, transportasi, dan lain sebagainya. Lama tinggal wisatawan juga
berkontribusi bagi pendapatan daerah, makin lama
wisatawan tinggal di suatu
daerah, maka makin
banyak uang yang dibelanjakan dan berputar di daerah tersebut. Demikian juga dengan tingkat
hunian, makin tinggi
tingkat hunian hotel berarti makin
banyak jumlah kamar
yang terjual yang
artinya makin banyak
pula pajak yang dibayarkan kepada daerah tersebut.
Umumnya hubungan
industri perhotelan dengan
pariwisata didominasi oleh kepentingan finansial di mana pihak hotel mendapatkan keuntungan dari jumlah wisatawan yang
menginap untuk berkunjung ke daerah tersebut. Di satu sisi daerah
tersebut juga mendapatkan kontribusi pajak yang dibayarkan oleh pihak hotel.
Dari sejumlah pajak yang dibayarkan tersebut tentu saja dapat digunakan untuk membangun
daerah tersebut khususnya untuk mengembangkan potensi
wisata di daerah
tersebut, sehingga dapat menarik
lebih banyak lagi
wisatawan.
Sebenarnya ada beberapa hubungan industri perhotelan dengan pariwisata
terlepas dari hubungan finansial dan salah satunya
adalah hubungan reputasi. Dengan banyaknya jumlah wisatawan yang menginap di hotel untuk mengunjungi daerah tersebut maka daerah tersebut tentu
saja akan berbenah diri untuk menyambut
wisatawan. Pemerintah daerah setempat
dan pengusaha hotel
akan mendapat cukup modal untuk perbaikan infrastruktur supaya wisatawan tertarik dan
betah untuk berlama-
lama berada di daerah tersebut. Pengusaha hotel akan
melengkapi fasilitas usahanya. Adapun pemerintah daerah
akan memperbaiki infrastruktur publik mulai dari
perbaikan jalan raya untuk
mempermudah akses wisatawan, penambahan penghijauan supaya lebih sejuk, sehingga membuat
nyaman wisatawan. Perbaikan fasilitas destinasi wisata dan lain sebagainya. Ketika
hotel dan pemerintah daerah tersebut bisa menyediakan
segala fasilitas, infrastruktur, dan kelengkapan yang
dibutuhkan wisatawan tentu
saja ini berdampak pada
reputasi daerah itu sendiri.
Pengembangan Ekonomi dari
Sektor Pariwisata
Setiap perjalanan wisata ke berbagai kota misalnya di Indonesia, sampai
dengan saat ini masih
sangat sedikit daerah
tujuan wisata yang
memperlihatkan krativitasnya,
baik pada hal yang berhubungan dengan apa yang
dilihat, dilakukan maupun
yang dibeli. Bahkan di beberapa daerah
terkadang sulit untuk
mendapatkan oleh-oleh yang menarik dari daerah tersebut. Jangankan yang menarik
dan unik, untuk
oleh-oleh yang umum-umum
saja kadang sulit didapat. Jika
ada, sangatlah sederhana sekali tidak terlihat
adanya kreativitas yang
muncul, apalagi inovasi
inovasi baru. Padahal
dalam setiap kegiatan wisata seseorang tidak hanya sekadar
untuk melihat namun
juga merasakan dan mendapatkan pengalaman baru, maka
produk-produk kreatif yang melalui sektor wisata mempunyai potensi yang lebih
besar untuk dikembangkan.
Sebenarnya ada tiga hal yang tidak
lepas dilakukan oleh
para wisatawan, yaitu untuk melihat keindahan, melihat
atraksi-atraksi yang ada
di daerah tujuan
wisata tersebut selain itu wisatawan juga melakukan kegiatan. Tentunya hal ini tidak
terlepas dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
wisatawan. Adapun yang
tidak bisa kita lepaskan adalah
kegiatan beli-membeli. Dalam
hal ini tentunya kita tidak bisa
lepas dari yang namanya
suvenir dan juga
kuliner di daerah
yang dikunjungi oleh
wisatawan kota- kota di Indonesia, dengan sejumlah keunikannya, memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai kota-kota
kreatif. Seperti
misalnya Yogyakarta, Bandung, dan
Lombok. Kota-kota
tersebut sebenarnya telah
memiliki ruang kreatif, yaitu zona-zona
wisata itu sendiri.
Atraksi wisata
juga dapat menjadi
sumber ide-ide kreatif
yang tidak akan pernah
habis untuk dikembangkan. Proses
kreativitas seperti pembuatan suvenir dapat menjadi atraksi wisata tersendiri yang memberikan nilai tambah. Sementara di sisi lain,
pasar yang menyerap produk
ekonomi kreatif telah
tersedia, yaitu melalui
turis atau wisatawan
yang berkunjung Kota Bandung
merupakan kota kreatif
dengan potensi sumber
daya manusia kreatif terbesar. Sejak
dulu Bandung telah
dikenal sebagai pusat
tekstil, mode, seni, dan budaya dengan
sebutan "Paris Van Java". Kini
Bandung juga dikenal
sebagai kota pendidikan dan daerah tujuan
wisata luasan cakupan
ekonomi kreatif sangat besar dan luas, bahkan
sebagian besar merupakan sektor ekonomi kecil
bahkan industri rumahan yang tidak membutuhkan skala produksi dalam
jumlah besar. Tidak
seperti industri manufaktur yang berorientasi pada kuantitas produk,
industri kreatif lebih bertumpu pada kualitas
sumber daya manusia.
Unik, kreatif,
dan inovatif itulah yang seharusnya senantiasa dibangun sehingga dapat memacu semangat wirausaha. Kreatif dengan batik,
unik dengan kreasi
cokelat, mengangkat warisan budaya melalui kekayaan budaya daerah, kreativitas para mahasiswa
dengan karya-karya handmade-nya serta,
keunikan tampilan tas unik yang dibuat dari karung goni
dan berbagai karya
kreatif lainnya. Bisa
dikatakan semua karya yang sangat kreatif
dan mampu menopang pariwisata Indonesia tentunya. Sebagai contoh lain yang sudah banyak dikenal
masyarakat luas, untuk
produk garmen kreatif yang sudah sangat dikenal
seperti Dagadu dari Jogja atau
Joger dari Bali.
Kedua industri kreatif tersebut
tidak berproduksi dalam jumlah besar namun dengan
kreativitas dan keunikan produknya banyak digemari.
Suvenir dan kuliner adalah
dua hal utama yang dicari wisatawan untuk dibeli sebagai oleh-oleh. Makanan tradisional yang selalu menjadi buruan para wisatawan
tentunya perlu ditampilkan supaya keberadaannya tidak hilang,
disajikan dalam konsep yang menarik, unik dan kreatif, sehingga
menjadi suatu kebanggaan yang bisa dikenal
hingga mancanegara.
Tidak dapat dipungkiri, dunia pariwisata sangat erat kaitannya dengan wirausaha dan industri kreatif yang berkembang pesat dewasa ini kedua sektor ini merupakan dua hal yang saling berpengaruh dan dapat saling bersinergi jika dikelola dengan baik. Kreativitas akan merangsang daerah tujuan wisata untuk menciptakan produk-produk inovatif yang akan memberi nilai tambah dan daya saing yang lebih tinggi dibanding dengan daerah tujuan wisata lainnya. Dari sisi wisatawan, mereka akan merasa lebih tertarik untuk berkunjung ke daerah wisata yang memiliki produk khas untuk kemudian dibawa pulang sebagai suvenir. Di sisi lain, produk-produk kreatif tersebut secara tidak langsung akan melibatkan individual dan menumbuhkan wirausahawan baru di setiap tujuan wisata. Dapat dikatakan hampir seluruh kota tujuan wisata di Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan ekonomi kreatif sebagai penggerak sektor wisata. Setiap kota/kabupaten di Indonesia memiliki daya tarik wisata yang berbeda untuk dapat diolah menjadi ekonomi kreatif.
Jenis-Jenis Usaha Bidang Perhotelan
Berikut beberapa jenis usaha yang bisa dipilih dalam bidang perhotelan.
a.
Usaha jasa
akomodasi
Usaha yang
memberikan pelayanan
kepada tamu yang
menginginkan tempat tinggal baik dalam
tempo waktu yang
singkat atau pun tempo waktu
yang lama. Jenis usaha seperti
yakni hotel, motel,
apartemen, wisma, cottage, bungalow, dan lain sebagainya.
b.
Usaha jasa
boga: restoran, bar, dan
katering
c.
Usaha jasa
pencucian (laundry and
dry cleaning)
Usaha yang
memberikan pelayanan pencucian kepada wisatawan yang ingin
mencuci pakaiannya baik
dicuci biasa maupun
kering/minyak.
d.
Usaha layanan
pemijatan (massage)
Jenis usaha
ini bisa berdiri
sendiri atau pun
merupakan bagian dari
pelayanan yang diberikan hotel kepada tamu. Para tamu bisa menentukan pelayanan
pemijatan yang ingin dinikmatinya baik di tepi pantai atau ruang pemijatan
maupun
di dalam kamar.
Selain itu, tamu
juga bisa memilih
jenis-jenis pemijatan yang diinginkannya.
e.
Pelayanan pertemuan dan konferensi
Usaha ini kegiatannya lebih kepada menyediakan fasilitas pertemuan, seminar-seminar, konferensi, dan lain-lain baik kegiatan
penyelenggaraannya maupun dalam menyediaan tempat beserta perlengkapannya. Pada usaha
ini juga kadang menyediakan jasa Master of Ceremony (MC). Sudah banyak
hotel-hotel yang memasukkan kegiatan ini di dalam
pemasarannya.
Ketentuan-Ketentuan Usaha
Pariwisata dan Perhotelan
Berikut
beberapa ketentuan usaha bidang pariwisata dan perhotelan.
a.
Usaha jasa
manajemen hotel jaringan internasional
Sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata No. Kep 06/K/VI/97 Tanggal 13 Juni 1997, usaha jasa manajemen hotel jaringan internasional adalah usaha jasa
manajemen hotel yang kedudukan
badan hukum usahanya berada di luar Indonesia serta akan dan sedang menjalankan usaha di Indonesia yang menghasilkan jasa dengan tujuan mencari keuntungan. Kegiatan usaha jasa manajemen hotel jaringan internasional meliputi sebagai berikut:
1)
Jasa konsultasi.
2)
Jasa
waralaba (franchise).
3)
Jasa pengelolaan.
Bagi usaha jasa manajemen
hotel jaringan internasional yang menjalankan usaha pengelolaan hotel
di Indonesia. Apabila
bidang dan jenis
pekerjaan yang tersedia dalam
mengelola hotel belum
atau tidak sepenuhnya dapat diisi oleh tenaga kerja Warga Negara
Indonesia, maka dapat
menggunakan Tenaga
Kerja Warga Negara Asing
(TKA) dengan ketentuan sebagai berikut:
Bagi hotel bintang
lima dan bintang
lima tanda berlian, hanya boleh
menggunakan sebanyak-banyaknya tiga
orang TKA, yaitu
sebagai berikut.
1)
Bagi hotel bintang
empat, hanya boleh
menggunakan sebanyak-banyaknya
2 orang TKA.
2)
Bagi hotel
bintang tiga, hanya
boleh menggunakan sebanyak-banyaknya 1 orang
TKA.
3)
Bagi hotel bintang dua, tidak dapat menggunakan TKA.
4)
Bagi hotel bintang satu, tidak dapat menggunakan TKA.
b.
Usaha jasa
rekreasi dan hiburan
Sesuai Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. 70/PW.105/ MPPT-85 Tanggal 30 Agustus 1985 tentang Usaha
Jasa Rekreasi dan Hiburan,
usaha jasa rekreasi
dan hiburan adalah
setiap usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya dimaksudkan untuk memberikan kesegaran rohani dan jasmani.
No comments:
Post a Comment